Agenda Setting kita dalam Kasus Century

Prof. Dr. Sasa Djuarsa (2011)melihat Kasus "Bank Century" termasuk salah satu isu "panas" (hot issues) yang masih jadi perhatian media massa di lndonesia hingga kini. Pemberitaan media tentang kasus tersebut termasuk kemungkinan efek yang terjadi terhadap khalayak dengan merujuk kepada asumsi asumsi teoritis yang dikemukakan dalarn Teori Agenda Setting (termasuk konsep framing dan priming) sebagaimana dikemukakan para akhli (McCornbs & Shaw; Shah, Mcleod, Gotlieb & Jin Lee; Rosko-Ewoldsen;dll) Perhatian masyarakat tersedot pemberitaan media yang sangat gencar terhadap kasus Bank Century menunjukan dua hal yang pertama menunjukan betapa penting dan “seksi”nya isu tersebut, karena kasus diduga melibatkan hampir semua elemen penting negeri ini, mulai dari eksekutif (lingkaran wapres Boediono, yang waktu itu menjadi gubernur BI) dan menteri keuangan Sri Mulyani) , legislative (partai Demokrat sebagai pendukung utama pemerintah di parlemen), pengusaha maupun lainya. Dan tentunya yang kedua kasus tersebut menunjukan “berkuasanya’ media dalam kehidupan ini. Media berkepentingan menyampaikan agendanya untuk memberi terang kasus tersebut dengan cara memblow up secara terus menerus (melalui beberapa segmen cara dan tentunya running text). Bahkan, khususnya televisi pemberitaan kita seperti Metro TV, selalu menyampaikan kabar terbaru kasus tersebut (update) kepada masyarakat. dan kyaknya berhasil karena setelah di beritakan secara terus menerus masyarakat pun menyadari pentingnya kasus ini. Sehingga masyarakat juga mempunyai agenda yang sama dengan media, biasa dikenal sebagai teori agenda setting. Dalam teori agenda setting yang diperkenalkan Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw dengan tulisan mereka yang berjudul “The Agenda Setting Function of Mass Media” (Effendy, 2003:287) di tulis Shulhan Rumaru (kompasiana2010), bahwa jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Opera Century yang seolah tidak habis episodenya menunjukan pentingnya kasus kakap tersebut. Jika kita merunut alur kasus ini, seolah-olah season satu dari Century Gate di mulai dengan angle berita dugaan perampokan uang nasabah oleh pemilik Bank Century Robert Tantular, yang juga dihangatkan oleh pernyataan mantan Wakil Presiden Jussuf Kalla di berbagai media dengan istilah “perampokan” tersebut. Season kedua, kucuran dana oleh Bank Indonesia berdasarkan hasil rapat tim KSSK ternyata membengkak 1000% menjadi Rp. 6,7 Triliun dari keputusan semula Rp. 632 Milyar. Makin lama, alur cerita kasus Century menjadi rumit dengan pembentukan Pansus DPR. Pergulatan Pansus dalam mengusut kasus ini, awalnya menuai reaksi positif dari masyarakat dengan harapan Pansus segera menuntaskannya. Namun sudah 1,5 bulan perjalanan penyelidikan, jadi unsubstansial. Media sengaja mengemas perkara lain diluar subtansi kasus Bank century yaitu pertengkaran dan adu mulut diantara sesama tim pengusut. Selain itu, sikap powerfull Pansus yang seakan-akan menghakimi setiap saksi yang mereka undang juga menjadi berita yang mendongkrak ratting kasus Century. Cara media mempertahankan minat masyarakat terhadap kasus ini, dalam agenda setting disebut sebagai proses familiarity atau mengakrabkan masyarakat dengan sebuah topik berita, menampilkan substansi lain untuk menghindari kejemuan jelas Shulhan Rumaru (kompasiana, 2010) Untuk mengetahui secara lebih fokus kasus tersebut, pendekatan priming dalam agenda setting membantu kita menemu jawab. Bagaimana kasus Century didekati priming dalam agenda setting? Priming yang mengacu pada efek dari beberapa stimulus atau peristiwa sebelumnya, pada bagaimana kita bereaksi (Roskos-Ewoldsen, Roskos-Ewoldsen, & Carpentier, 2009). Priming memberi ruang ketegasan pada kita pola dan terminologi kunci bahwa penonjolan dan penekanan isu mempunyai hubungan sebab akibat dengan standar penilaian publik dan perhatian publik terhadap isu tertentu (AG. Eka Wenats Wuryanta, 2006) Dalam kasus bank Century terlihat adanya penonjolan atau penekanan isu tentang bobroknya hukum di Indonesia, adanya tebang pilih dalam proses penegakan hukum yang mau dikembangkan oleh media massa. Lebih lanjut Wuryanta menyatakan selain penekanan dan perhatian terhadap isu tertentu terdapat variabel-variabel krusial dalam konsep priming, yaitu kadar isu (isu abstrak dan isu konkret; isu skandal skandal Century dapat dikategorikan sebagai isu konkret), pola eksposure atau terpaan (dalam beberapa bulan memang beberapa media massa memasang pemberitaan skandal seks DPR sebagai berita utama), pembentukan teknis agenda setting dan penelusuran orientasi yang dipunyai oleh khalayak. Ada kecendrungan media sudah mulai mengalihkan isu-isu nasional hanya kepada beberapa isu besar saja seperti Century, konon karena kasus tersebut akibat adanya politik sandera dua partai besar yakni Demokrat dengan Golkar (kompas.com). Jika, kasus democrat diangkat di pastikan untuk bargaining politik masing –masing partai. Dan, media sudah melkukan framing dari kasus tersebut yakni secara khusus menonjolknnya, melalui pemberitaan yang dominan. Robert N. Entman, sebagaimana di tulis Wuryanta, (2006) mendefinisikan framing sebagai seleksi dari berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi. Dalam banyak hal seperti menyajikan secara khusus definisi terhadap masalah, interpretasi sebab akibat, evaluasi moral dan tawaran penyelesaian sebagaimana masalah itu digambarkan. Jadi, dengan pemberitaan yang dominan terkait kasus Century maka agenda setting media baik dengan pendekatan framing maupun dengan pendekatan priming, berhasil menarik hari masyarakat untuk selalu mengikuti perkembangan. Dan tentunya akhirnya menjadi agenda masyarakat juga. Media yang berkepentingan menyampakan secara jelas persoalan Century juga di sambut hal yang sama dengan keinginan masyarakat. Sumber pustaka : David R. Roskos – Ewoldsen dan Beverly Roskos – Ewoldsen Current Research In Media Priming dalam buku Media Process and effect tahun tidak di ketahui ,Editor Robin L Nabi dan Mary Beth Oliver, the Sage Handbook. Sumber Internet : Wuryanta Wenats Eka AG, 2006 Priming - Framing - Agenda Setting ? Dalam blognya http://ekawenats.blogspot.com Rumaru Shulhan, 2010 Kasus Century dalam Agenda Setting Media dimuat dalam opini http://media.kompasiana.com pada 29 September 2010 Suhartono, 2011 KASUS BANK CENTURY ; Di antara Penuntasan dan Sandera Politik di http://nasional.kompas.com

Comments

Popular posts from this blog

Lesung

Studi kasus : Konsep pesantren Abdurahman Wahid Di Era Orde Baru Dan Reformasi

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI