Sepotong Kisah di Pasar Blok M

Kalau ke Jakarta tanpa ke Blok M bagi sebagian orang mungkin serasa makan nasi tanpa bumbu. Memang hal tersebut tidak berlebihan, sebab, Blok M merupakan salah satu rujukan bagi sebagian masyarakat tadi, karena di pasar ini di kenal sebagai tempat belanja yang murah , terjangkau tempatnya , dan barang –barangnya yang selalu up to dates (baru ). Barang yang di tawarkan juga sangat beragam, dari alat kebutuhan pribadi seseorang seperti baju , celana, kaos dan lainnya hingga alat elektronik seperti HP, Tape ,VCD\DVD\Mp3 player. Di pasar ini juga di jual berbagai macam makanan, mulai dari yang “ringan” seperti tempe goreng, lumpia goreng sampai yang agak berat seperti bakso, makan dan lain –lain. Dengan tempatnya yang ramai tersebut, pasar Blok M juga terkenal dengan berbagai sebutan ; sebagai pasar ‘gudang copet’, ‘gudang pemalak’ dan julukan tidak simpatik lainnya. Yang pada kenyataanya, tidak dapat saya buktikan sendiri, paling tidak sampai tulisan ini selesai aku buat . Karena ‘keistimewaan’ pasar tersebut, aku sering kesana untuk mencari dan membeli kebutuhan pribadi. Walaupun kadang juga hanya sekedar melihat – lihat, atau karena hanya kebetulan lewat . Di tempat inilah aku berkenalan seseorang bernama Iwan , orang yang membuatku lebih mengerti makna dari sebuah tanggung jawab dan ketulusan. Sebuah sikap yang konon sudah banyak di lupakan orang, apalagi di kota besar seperti Jakarta. Dari sinilah kisah itu dimulai. Siang itu, dalam keadaan yang lelah, aku sampai di terminal bis blok M, suasana panas yang menyengat dalam terminal, tidak menyurutkan langkahku untuk menuruni tangga menuju lower ground. Aku baru saja datang dari Mangga Dua untuk membeli seperangkat komputer. Sendirian man !. Bisa di bayangkan, dengan bawaan tersebut, kedua tanganku mau tidak mau harus membawa barang yang aku taksir beratnya sekitar 50 kilogram, sebuah beban yang tidak seimbang di bandingkan bobotku yang hanya 48 kilogram. Tapi aku terus berjalan. Di pasar dalam lower ground tersebut, aku menyempatkan diri untuk beristirahat, melemaskan otot-otot kaki. Setelah berjalan beberapa lama mencari tempat yang pas, akhirnya aku berhenti di sebuah kios tempat jual makan dan minum. Aku menikmati beberapa makanan dan minuman yang dihidangkan. Setelah sekian lama aku mengamati penjual kios yang kelihatan masih muda itu, aku menemukan kesan simpatik dan ramah darinya. Akhirnya aku memberanikan membuka pembicaraan. ‘Mas, sudah lama berjualan di sini’. ‘Oh baru kok mas, baru setengah tahun, jawabnya dengan santun ’. Pembicaraanpun berlanjut dari soal pribadi, sampai persoalan – persoalan ekonomi dan politik negeri ini. Aku tidak habis pikir, pemuda yang mengaku bernama Iwan, yang setiap hari menunggu dagangannya didekat pos satpam Pasar Blok M tersebut, ternyata begitu fasih menjelaskan kondisi ekonomi dan politik negerinya yang sedang bermasalah sekarang . Sambil terus menyimak ‘presentasi’nya Iwan, sesekali akupun menimpali, dan menikmati gorengan di depanku. Sehingga satu ketika aku harus minta izin untuk sholat dhuhur, maka perbincangan yang cukup hangat itu akhirnya berhenti. Aku menitipkan seperangkat komputer tadi di kios Iwan. Jarak antara kios dengan tempat sholat kira-kira 20 meter, tempatnya berada diatas pasar . Dengan kondisi seperti itu, aku pasrah dan percaya akan barang yang aku titipkan dengan orang yang baru aku kenal akan aman ,walaupun ada juga perasaan khawatir akan kehilangan barang itu . Setelah sholat, akupun kembali ke kios, dan mendapati Iwan masih di sana, masih sibuk melayani pembelinya dengan penuh simpatik dan ramah, kesan yang sama aku rasakan saat pertama kali dengan ketemu dengan dia. Dan kesan tersebut memupuskan kekawatiranku tentang barang yang aku titipkan padanya. Dan memang benar, komputerku masih utuh. Setelah membayar makanan daan minuman , aku berpamitan kepada Iwan sambil bertukar nomor telepon. Selanjutnya, aku benar-benar merasa perjalanan hari itu begitu bermakna . Bagaimana tidak, sebuah tanggung jawab dan ketulusan yang begitu agung bisa aku temui di Jakarta, bahkan di sebuah tempat yang terkenal dengan berbagai sebutan negative, Pasar Blok M……. Ciganjur Senin, 14,11,05(11.45) ……………Terimakasih Iwan, kau membantuku menunjukkan presepsi yang benar tentang apa arti tanggung jawab dan ketulusan……………

Comments

Popular posts from this blog

Lesung

Studi kasus : Konsep pesantren Abdurahman Wahid Di Era Orde Baru Dan Reformasi

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI