IBNU SINA YANG SAYA KENAL

Ibnu sina atau Abu ali al- husein bin abdullah ibn sina bagi sebagian orang di kenal sebagai salah satu ahli ilmu kedokteran(At-Tibb).Bahkan karya nya di jadikan rujukan bagai ilmuwan kedokteran, pada zamannya bahkan sampai sekarang, ‘ulama‘ barat dan timur sepakat dalam halini. Ulama yang di lahirkan di bukhara (Persia) tahun 980 M dan meninggal 58 tahun kemudian(1037). Kehidupannya di tandai dengan perubahan besar dalam nasib baiknya dan keterlibatan politik yang mendalam . Tapi ada satu hal yang di lupakan orang, selain ilmu kedokteran ada bidang lain yang juga di minatinya , bahkan menjadikan ahli di masing –masing bidang tersebut. Salah satu bidang penting yang ramai di bicarakan ,terutama kaum filosof adalah ide dia di filsafat tentang keterpengaruhannya pada dunia filsafat islam, dengan logika aristoteliannya yang bersifat diskursif demontratif dan bercirikan hylomorphisme , walaupun tidak bisa di pungkiri pengaruh neoplatonisme pada akhirnya memengaruhinya terbukti dalam karya Al- Isyarat wa At-tanbihat dan Risalah fi Al- Ishqyang menunjukan keseriusanya menggunakan metode tasawuf . Platonis di gunakan para filosof muslim – setidaknya mewarnai- karena dia mendekatkan pada konsep konsep spiritual , bahkan dia juga menyebutkan konsep tentang tuhan (the one) Ada sekitar 28 000 masalah filsafat yang di angkat tokoh parepatetik islam ini. Tiga di antaranya menjadi perbincangan hangat, karena unsur politisasi yang terjadi pada masa dinasti saljuk, yakni perebutan pengaruh antara penguasa saljuk sebagai representasi kaum sunni dengan syiah yang secara kebetulan di ’peluk’ tokoh yang pertama kali menawarkan istilah ittihad sebagai manifestasi akal kesepuluh ini. Ketiga persoalan itu adalah apakah alam ini Qodim(kekal) atau huduts, kedua, apakah Allah mengetahui hal-hal yang juz’i (partikuler ) ataukah kulli (global) dan tentang penciptaan alam . Ada sesuatu yang menarik dari ketiga persoalan diatas, yakni ketika berefek kepada pemahaman tentang ’pengharaman filsafat’oleh kaum filosof Ghazalian, padahal Al-ghazali begitu santun dan argumentatif, bahkan tetap menekankan pentingnya belajar logika –yang nota bene bagian dari filsafat-. sebenarnya sejauh mana pengaruh ibnu sina dalam ranah filsafat islam, seberapa jauh logika aristotalian memengaruhinya dan prospek selanjutnya parepatetik. Memasuki masa setelahnya, filsafat Islam semakin menemukan bentuknya yang khas, kendati pengaruh filsafat Yunani masih terasa di sana-sini. Misalnya dalam filsafat Abû Nashr al-Fârâbî (257-339/870-950)—yang dijuluki sebagai “guru kedua” setelah Aristoteles—dan Abû ‘Alî al-Husain bin Sînâ (337-429/980-1037). Menurut Fakhry, keduanya merupakan filosof Muslim pertama yang membangun sistem metafisika yang sangat terperinci dan rumit. Inilah era kematangan filsafat Peripatetik (masya’iyah) yang cenderung berporos pada mazhab Aristotelian ketimbang Platonian. Karakteristik filsafat ini adalah penggunaan argumentasi yang bersifat rasional (burhâni) ketimbang intuisional (‘irfâni) atau teologikal (kalâmi)—kendati secara pribadi, keduanya juga mempraktikkan gaya hidup zuhud dan tekun dalam beribadah. Juga, penggunaan deduksi rasional (silogisme), pendasaran pada premis kebenaran primer, fokus pada penelaahan eksistens qua eksistens, serta, menurut Murtadha Muthahhari , mencuatkan problem eksistensialisme (ashalat al-wujûd) versus esensialisme (ashalat al-mâhiyah) , dan seterusnya. Pemetaaan Parepatetik di antara filsafat lainnya Hikmah Masya’iyah Hikmah Isyraqiyah Irfan Wujudiyah Hikmah Muta’aliyah Eksistensi (Wujud) Riil Mental Riil Riil Esensi (Mahiyyah) Riil Riil Mental Mental Hubungan Eksistensi-Esensi Prinsipalitas Wujud (Eksistensi Mendahului Esensi) Prinsipalitas Esensi (Esensi Mendahului Eksistensi) Prinsipalitas Wujud (Eksistensi Mendahului Esensi) Prinsipalitas Wujud (Eksistensi Mendahului Esensi) Struktur Realitas Jenjang Eksistensi Gradasi Esensi Jenjang Esensi Gradasi Wujud Metoda Keilmuan Rasio, Wahyu Rasio, Intuisi, Wahyu Intuisi, Wahyu Rasio, Intuisi, Wahyu

Comments

Popular posts from this blog

Lesung

Studi kasus : Konsep pesantren Abdurahman Wahid Di Era Orde Baru Dan Reformasi

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI